Ketika bulan Ramadhan tiba, terlintas
dalam benak Nashruddin untuk membeli
sebuah pot guna menghitung jumlah harihari
puasa yang telah berlalu; yaitu meletakkan
satu batu ke dalam pot setiap harinya, sehingga
tidak salah dalam menghitung jumlah hari dan
tidak bergantung pada hitungan orang lain.
Tidak lama kemudian, anak perempuannya yang masih kecil melihat perbuatan yang biasa
dilakukan ayahnya itu. Dia lalu berusaha meniru
sang ayah guna meringankan beban pekerjaan
ayahnya itu. Karenanya, dia pun memasukkan
batu ke dalam pot tersebut sebanyak-banyaknya
hingga penuh.
Beberapa saat kemudian, orang-orang yang
lewat di depan rumah Nashruddin menanyakan
padanya; berapa lama sudah mereka berpuasa.
Nashruddin pun berkata kepada mereka,
"Tunggu sebentar, akan kutunjukkan pada kalian
jawaban yang benar."
Tergopoh-gopoh, Nashruddin masuk ke
rumahnya dan membongkar pot itu serta menghitung
jumlah batu yang ada di dalamnya.
Ternyata, jumlahnya bertambah hingga 120 batu.
Dia berkata dalam hati, "Bila kukatakan dengan
jujur jumlah batu yang ada dalam pot ini kepada
mereka, tentu mereka akan menyangkaku bodoh.
Aku harus membaginya menjadi dua!"
Kemudian, Nashruddin keluar menemui
mereka dan berkata, "Ini adalah hari ke-60 bulan
Ramadhan...."
Mereka pun tertawa seraya berkata,
"Mungkinkah jumlah hari bulan Ramadhan
bertambah?" Nashruddin pun berkata, "Celaka
kalian! Aku telah bantu kalian, namun kalian
menghinaku. Andai kukatakan jumlah sebenarnya
menurut hitungan batu yang ada dalam pot
itu, maka hari ini adalah hari yang ke-120 bulan
Ramadhan. Karena itu, terimalah dengan puas
jawaban yang kusampaikan pada kalian; itulah
yg terbaik bagi kalian."
0 Komentar:
Post a Comment