Home »
Artikel Ilmiah
» Bahan Bakar Alternatif: SINGKONG DAN SAGU
Bahan Bakar Alternatif: SINGKONG DAN SAGU
Written By Unknown on Oct 4, 2011 | Tuesday, October 04, 2011
Umbi ubijalar juga pantas dilirik. Menurut Dr Tatang H Soerawidjaja, 1.000 kg ubijalar menghasilkan 150-200 kg gula. Dengan proses fermentasi lanjutan menghasilkan 125 liter bioetanol. Itu berarti rendemen ubijalar 12,5%. Potensi lain dimiliki oleh sagu yang memilki rendemen 9%. Dari 1 ton sagu dihasilkan 120-160 liter gula atau 90 liter etanol.
Singkong atau ubikayu paling berpotensi sebagai bahan bioetanol. Hanya dengan memfermentasi 7 kg singkong, satu liter bioetanol dapat dituai dengan biaya produksi Rp2.400. Itu berarti ongkos produksi jauh di bawah harga premium, Rp4.500 yang hingga saat ini masih disubsidi sebesar Rp1.800/liter. Kerabat karet itu dapat tumbuh di lahan kritis dan resisten terhadap penyakit. Singkong dipanen setahun setelah penanaman. Produksi ubikayu Indonesia mencapai 104.136 ton dari luas panen 9.198 ha pada 2004.
Untuk mensosialisasikan program penggunaan bioetanol, Balai Besar Teknologi Pati (B2TP) memiliki pabrik pembuatan bioetanol di Desa Sulusuban, Bandar Jaya, Lampung Tengah. Pabrik itu mengolah 50 ton singkong menjadi 8.000 liter bioetanol/hari. Pasokan bahan baku diperoleh kebun milik Balai seluas 700 hektar dengan tingkat produktivitas 25-30 ton/hektar.
Proses produksi etanol sangat mudah, tak perlu investasi alat mahal (baca: Mengebor Bensin di Kebum Singkong, hal 150). Dengan keanekaragaman hayati amat tinggi, Indonesia punya banyak pilihan untuk memproduksi biopremium.
KatEgorI
Artikel Ilmiah
0 Komentar:
Post a Comment