Sejarah Singkat Alphabet Korea (Hangul)
Alphabet Korea yang disebut “Han-gul” diperkenalkan di masa Raja Sejong Agung dan selesai sekitar 1444. Sebelum itu, karakter (huruf) Cina digunakan sebagai bahasa tulis. Kemudian, raja Sejong ingin memiliki script sendiri yang mudah dipelajari oleh siapa saja – bahkan rakyat jelata. Setelah penciptaannya, Hangul dikatakan cukup mudah untuk dipelajari. Hangul sejak pertama kali diperkenalkan, itu telah melewati banyak tahap perbaikan. Setelah Korea mengalami reformasi besar selama penjajahan Jepang di awal 1900-an, banyak menghapus dan mengubah beberapa aturan pada huruf lama sehingga menjadi huruf Hangul seperti yang digunakan sekarang.
Mempelajari huruf Korea (Aphabet Korea) atau yang biasa disebut dengan“Hangul” ini sangat mudah bila dibandingkan dengan belajar huruf Hanzi China atau huruf Kanji/Romaji-nya Jepang. Kalau belajar huruf Hanzi/Kanji (Romaji) butuh waktu yang lama, dan perlu ketekunan yang ekstra untuk mempelajarinya. Ini berbeda kalau kita belajar huruf Korea, karena untuk bisa mengenal huruf-huruf Korea kita hanya memerlukan waktu beberapa jam sampai beberapa hari saja.
Huruf /aphabet Korea (Hangul) itu relative mudah dipelajari karena :
- Alphabet Korea jumlah hurufnya hanya mempunyai 24 huruf dasar (14 huruf konsonan dan 10 vokal), dan beberapa huruf “kombinasi” yang berasal dari gabungan huruf-huruf dasar yaitu : ㄱ ㄷ, ㅂ, ㅅ, dan ㅈ.
- Alphabet Korea dalam penyusunannya memakai sistem Sillabic. Untuk membentuk sebuah suku kata atau blok itu tersusun dari 2 atau 3 huruf dan disusun dari kiri ke kanan atau dari atas ke bawah, tergantung huruf-huruf apa yang disusun. Bagi orang yang masih belajar, tips agar tidak bingung, kita bisa singkapi dengan melihat dan mengira-ngira tepat tidaknya peletakan huruf-hurufnya. Jika dipandang terasa kurang enak, kita akan tahu bahwa susunannya itu salah dan sebaliknya. Jika itu dibiasakan maka lama-lama akan cepat hafal bagaimana menyusun menjadi sebuah kata atau blok secara benar.
- Huruf-huruf Korea bila digabung dengan huruf satu dengan huruf yang lainnya untuk membentuk sebuah kata, tidak terjadi perubahan bentuk.
- Memang, melafalkan bahasa Korea jika diromanizasi ke bahasa Inggris agak sulit karena aksen/pengucapan antara keduanya berbeda. (Suara bahasa Inggris dan suara bahasa Korea tidak sama). Jika ingin belajar bahasa Korea sebaiknya tidak menggunakan romanisasi (alih bahasa) ke dalam bahasa Inggris. Tidak ada suara F, V, dan Z di bahasa Korea. Bahasa Korea jelas tidak berisi semua suara dari bahasa Inggris, begitu sebaliknya, bahasa Inggris tidak berisi semua suara dari bahasa Korea. Oleh karena itu, abjad Inggris kurang akurat mewakili suara Korea. Jika seseorang ingin belajar bahasa Inggris, orang harus belajar abjad Inggris dan suaranya. Dan sebaliknya, jika seseorang ingin belajar bahasa Korea, orang harus belajar alfabet Korea dan suaranya. Tapi kita beruntung sekali, karena pelafalan bahasa Korea akan lebih mudah bila diromanizasi ke bahasa Indonesia atau bahasa Jawa, karena ada persamaan pengucapan/aksen. Misalnya, pengucapan huruf “o” dalam bahasa Jawa : Loro (artinya dua) dan Loro (artinya sakit). Atau kata Roso (artinya Kuat) dan Roso (artinya Rasa). Karena ada persamaan aksen, orang Korea-pun akan faseh melafalkan kata-kata itu.
Begitu halnya jika mengucapkan huruf Hangul “a, i, u, e, o” kalau diromanisasikan ke dalam bahasa Indonesia bacanya sama yaitu “a, i, u, e, o”. Tapi kalau ke romanisasi Inggris ucapannya menjadi “e, ai, yu, i, o”. Ini yang menyebabkan jika diromanisasikan ke bahasa Inggris menjadi agak membingungkan bagi yang belum terbiasa.
0 Komentar:
Post a Comment